Senin, 18 Maret 2013

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 1





KONSEP SEHAT


Manusia sebagai makhluk hidup sama halnya dengan makhluk hidup lainnya, memiliki kesamaan, yaitu lahir, tumbuh, berkembang, mengalami dinamika stabil-labil, sehat-sakit, normal-abnormal, dan berakhir dengan kematian.
Namun berbeda dengan yang lainnya, manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subjek dan objek sekaligus, oleh karena itu manusia selalu tertarik untuk membicarakan, menganalisa dan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk diri sendiri. Sebagian besar ilmu pengetahuan dan teknologi disusun dan dibangun oleh manusia untuk kepentingan diri manusia itu sendiri, menyangkut kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan dan semua hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Meski demikian, banyak hal yang tak jarang justru membuat manusia menjadi semakin tidak sehat dan tidak nyaman dalam hidupnya. Berhubungan dengan hal tersebut, selanjutnya, kita akan membahas lebih rinci, mengangkut segi kesehatan dan bagaimana konsep sehat menurut kesehatan mental.
Konsep sehat disini, mungkin berbeda dari konsep sehat pada umumnya, dimana kita dapat melihat dari pengertian kata sehat secara umum yaitu keadaan dimana kondisi tubuh individu dalam keadaan seimbang dan prima, juga stabil tidak mengalami sakit secara fisik atau biologis, sehat secara jasmani dan rohani. Begitu pula dengan konsep sehat secara kedokeran. sakit secara fisik dapat diketahui dan diobati lebih cepat, seperti sakit gigi, maka pergi ke dokter gigi, sakit perut maka pergi ke dokter penyakit dalam. Namun lebih dari pada hal tersebut kita bukan hanya mengenal kesehatan tubuh, tetapi juga ada kesehatan mental. Dimana masalahnya yaitu ada individu yang secara fisik ia sehat, tetapi ia mengalami gangguan sehingga fisiknya kurang berfungsi. Secara medis ia sehat, namun ia merasa tidak sehat secara kejiwaan, sehingga ia tidak bisa berpikir, tidak bisa konsentrasi, dan tidur. Ada individu yang menyandang cacat tetapi pikirannya jernih, gagasannya cemerlang dan ceria menjalani hidupnya. Sementara ada orang yang secara fisik sehat, memiliki semua kebutuhan fasilitas, namun pikirannya kacau, begitu juga tindakannya, sehingga ia tidak bisa menikmati hidup ini.
Seperti kita mendengar ungkapan bahwa orang yang penting hatinya, yang penting jiwanya. dalam perspektif ini, hakikat manusia adalah jiwanya. penderita gangguan mental (lunaties) secara fisik adalah manusia, namun jiwanya sudah tidak diperhitungkan karena jiwanya sakit (tidak berfungsi). penderita gangguan mental (lunaties) tidak menyadari dirinya sakit, tetapi orang yang mengalami gangguan kejiwaan menyadari jiwanya terganggu. penderita gangguan mental (lunaties) tidak berpikir, sedangkan orang yang mengalami gangguan, justru selalu berfikir dan bertanya, mengapa aku begini. dari hal inilah terdapat rumah sakit jiwa, dan lembaga mental dan konseling.
Demikian, dari pembahasan diatas kita dapat mengetahui konsep sehat menurut kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana individu berfungsi dengan baik (dalam arti seimbang antara jasmani dan rohani yaitu pikiran yang sehat terdapat jiwa yang sehat, yang akan mengarahkan kepada fungsi fisiologis dan pola hidup sehat) sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Daftar pustaka :
Rochman,K.L. 2010. Kesehatan mental . Purwokerto : Fajar Media fress


 

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Secara Historis, kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode, yaitu pra-ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung, 1986 :23)
1. Periode pra-ilmiah
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme. orang/individu primitif percaya bahwa dunia diawasi dan dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa yang tinggal dibenda-benda, seperti ombak mengalun, batu berguling, pehon yang tumbuh dan lain-lain. orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. untuk menghindari kemarahannya maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
Perubahan sikap terhadap animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan naturalisme, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan ataupun hantu. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan masalah penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala rumah sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang dirantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar rumah sakit. Akhirnya diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
2. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota medis di rumah sakit Penisylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunaties (orang-orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu, pengetahuan tentang penyakit gangguan mental dan bagaimana cara menyembuhkannya sangat sedikit dan kurang diketahui. Sebagai akibatnya pasien-pasien dikurung dalam sel yang sedikit alat ventilasinya dan sesekali mereka diguyur air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge berikut gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pikiran dan definisi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan kehidupannya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin yang lemah. Dorothea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia tanggal 17 juli 1887. dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis, selama 40 tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mentl secara lebih manusiawi. usahakan mula diarahkan pada pasien di rumah sakit kemudian diperluas kepada para pasien di rumah-ruah penjara. berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika didirikan 32 rumah sakit jiwa.
(AF. Jailani,2000 : 54).
pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental mulai didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Dan karena jasa-jasanya, ia dinobatkan menjadi "The Founder of The Mental Hygiene Movement". Dia terkenal dengan bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Dedikasi Beers juga begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi oleh pengalamannay sebagai pasien di beberapa rumah sakit. Dia mendapatkan pelayanan dan pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi) dikarenakan minimnya perhatian terhadap masalah dibidang gangguan mental, dan pengobatannya. Setelah 2 tahun mendapatkan perawatan di RS, dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama setahun terakhir ia mulai berkontribusi dalam bidang gangguan mental dengan mengembangkan gagasan untuk membuat suatu gerakan untuk melindungi penderita gangguan mental (insane). Setelah ia kembali ke kehidupan normal (sembuh dari penyakitnya) tahun 1908, ia menindaklanjuti gagasannya dengan mempublikasikan otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental, berjudul
"A Mind That Found Itself". kehadiran buku ini disambut baik oleh seorang pakar psikologi yang bernama Wiliam James, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan yang diberikan kepada para pasien dirumah sakit dipandang kurang manusiawi. disamping itu dia melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini gangguan mental dapat dicegah dan disembuhkan. selanjutnya ia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuannya (Langgulung, 1986 :23) :
  • Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa;
  • Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa;
  • Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental; dan
  • Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.

  • Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti William James dan seorang psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama "Mental Hygiene". Dengan demikian, yang mempopulerkan istilah "Mental Hygiene" adalah Mayer. Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt Society For Mental Hygiene. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan National Committee Society for Mental Hygiene; di sini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan:
    1. Melindungi kesehatan mental masyarakat;
    2. Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental;
    3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya;
    4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya; dan
    5. Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
     
    Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentrasikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai
    bidang kegiatan, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial. Secara hukum,gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika Presiden Amerika Serikat menandatangani "The National Mental Health Act". Dokumen ini merupakan blueprint yang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi (Kartono , 1989: 29):
    • Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan;
    • Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya;
    • Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental; dan
    • Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.





    Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation. Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental.Di belahan dunia lainnya, gerakan ini di kembangkan melalui World Federation for Mental Health dan World Health Organization.

    Daftar pustaka :
    Rochman,K.L. 2010. Kesehatan mental . Purwokerto : Fajar Media fress




    Pendekatan Kesehatan Mental


    Di balik keanekaragaman konsep mengenai kesehatan mental, beberapa ahli mengemukakan semacam orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental.
    Saparinah Sadli (dalam Suroso, 2001 :132) mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental, yaitu orientasi klasik, orientasi penyesuaian diri, dan orientasi pengembangan potensi. berikut ini adalah penjelasannya :

    a. Orientasi Klasik
    Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Orientasi ini banyak dianut dilingkungan kedokteran.
    b. Orientasi Penyesuaian Diri
    Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.
    c. Orientasi Pengembangan Potensi
    Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.

    Daftar pustaka :
    Rochman,K.L. 2010. Kesehatan mental . Purwokerto : Fajar Media fress




     
     



     OEN SHIULI

     15511427

      2pa01


     

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar