Jumat, 29 Maret 2013

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 3

Penyesuaian diri dan Pertumbuhan

Penyesuaian diri merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hidup manusia sejak lahir hingga meninggal yaitu meyesuaikan diri, sehingga dapat dikatakan penyesuaian diri dapat dilakukan seumur hidup. Manusia memerlukan penyesuaian diri terhadap diri dan lingkungannya dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Penyesuaian diri (self-adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup (Alexander Schneiders. 1964 : 51).
Schneiders juga memandang bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari empat sudut pandang yaitu

1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)

2. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity)

3. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) dan

4.Perbedaan individual pada perilaku dan respon yang muncul daro masing-masing individu dalam menanggapi masalah (individual variation).

Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku agar terjadi hubungan yang selaras antara dirinya dan lingkungannya. Penyesuaian diri mempunyai dua aspek yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial.Penyesuaian diri pribadi adalah penyesuaian individu terhadap dirinya sendiri dan percaya pada diri sendiri. Sedangkan penyesuaian individu sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam lingkungan social tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya.

Karakteristik Penyesuaian Diri Menurut Schneiders

1. Penyesuaian yang Normal (Well-Adjustment)

Penyesuaian diri yang normal adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan dengan ciri-ciri diantaranya :
  1. Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, atau kurang mampu mengontrol diri)
  2. Absence of psychological mechanism (terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis)
  3. Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari perasaan frustasi, kecewa karena suatu kegagalan)
  4. Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional)
  5. Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan kualitas dirinya)
  6. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu)
  7. Realistic, objective attitude (bersikap objektif dan realistic mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara wajar)

Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan berbagai bentuk diantaranya :
  • Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
  • Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
  • Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba
  • Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti)
  • Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri
  • Penyesuaian dengan belajar
  • Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
  • Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat

2. Penyesuaian yang Menyimpang (Maladjustment)

Penyesuaian diri yang menyimpang merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.Biasanya ditandai dengan berbagai bentuk perilaku yang tidak terarah, serba salah, emosional, agresif, dan sebagainya. Respon-respon penyesuaian diri yang abnormal adalah sebagai berikut :
  • Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu dikejar oleh tuntutan-tuntutan dari dalam dan dari luar dirinya yang tidak jarang mengancam rasa aman dari egonya, sehingga dilakukan defence mechanism.
  • Reaksi menyerang (agresive reaction)
Agresi adalah bentuk respon untuk mengurangi ketegangan dan frustasi dengan tingkah laku yang merusak, berkuasa atau mendominasi.
  • Reaksi melarikan diri dari kenyataan (escape withdrawal reaction)
Escape merefleksikan perasaan kejenuhan atau putus asa, sementara withdrawal mengindikasikan kecemasan atau ketakutan.
  • Penyesuaian yang patologis (flight inti illness)
Penyesuaian yang patologis berarti individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus dan bersifat klinis.
  • Tingkah laku anti-sosial (antisocial behavior)
Tingkah laku anti-sosial merupakan tingkah laku yang bertentangan dengan norma masyarakat dan norma agama
  • Kecanduan dan ketergantungan alcohol dan obat terlarang
  • Penyimpangan seksual dan AIDS

Untuk mencapai penyesuaian diri yang normal yang dibutuhkan adalah :
  1. Ketenangan jiwa
  2. Kemampuan bekerja
  3. Konsepsi tentang diri
  4. Menerima diri dan orang lain
  5. Membuat tujuan-tujuan nyata
  6. Kemampuan pengendalian diri dan memiliki rasa tanggung jawab
  7. Mampu membuat hubungan yang didasarkan atas saling mempercayai
  8. Kesanggupan berkorban dan memberikan pelayanan terhadap orang lain
  9. Perasaan bahagia

    Pertumbuhan
    Pertumbuhan adalah kemampuan untuk berkembang baik secara kuantitatif dan kualitatif terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya, kemampuan untuk mampu menyadari perasaan, keinginan, dan berempati pada orang lain.
     
    Aspek-Aspek Pertumbuhan Personal menurut Carl Rogers :

    1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan
        2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa terkecuali, dan
        3. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap oranglain


 
 
Daftar pustaka :
 
Schultz,Duane. 1991. psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. yogyakarta : Kanisius
 
 
 
 
 
oenshiuli
2PA01
15511427
 
 
 
 
 
 

 

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 2


Teori kepribadian sehat


Tiga mazhab psikologi
  • Aliran Psikoanalisa
    Gordon Allport (1897-1967) : Orang yang matang

    Allport mencoba menjelaskan teori kepribadian sehat menurutnya. Allport melihat kepribadian sehat dari sisi pandang psikoanalisa, seperti halnya freud yang juga dari psikoanalisa. namun allport dan freud memiliki pandangan yang jauh berbeda.
    Berikut ini merupakan penjelasan teori kepribadian sehat menurut allport, ia melihat individu adalah positif, penuh harapan, dan menyangjung- nyangjung. Menurutnya orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah laku mereka tidak ditentukan oleh hantu yang jauh ada didalam diri mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau, tetapi individu dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa yang akan datang, tidak mundur lagi ke peristiwa masa kanak-kanak atau lampau. segi pandangan yang sehat itu memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Teori dari allport ini memang berorientasi lebih pada kesehatan.
    Didalam diri pribadi yang sehat terdapat motivasi begitulah menurut allport,motivasi dari segi sentral kepribadian kita adalah intensi-intensi sadar kita yaitu, individu memiliki harapan, aspirasi, dan impian-impian. Tujuan-tujuan tersebut mendorong pribadi yang sehat dan matang, memberi petunjuk yang paling baik untuk memahami tingkah laku sekarang. Allport menulis "Memiliki tujuan-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagi pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari anak-anak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit. "

    Orang yang sehat didorong kedepan oleh suatu visi masa depan dan visi itu (dengan tujuan-tujuannya yang khusus) mempersatukan kepribadian dan membawa orang itu kepada tingkat tegangan yang bertambah. seperti halnya dari konsepsi kepribadian sehat yang mungkin kelihatan paradoks, yaitu "tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai."
    Allport mencoba mengemukakan meskipun subtujuan-subtujuan yang dekat dapat dicapai, namun tujuan terakhir tidak dapat dicapai. karena orang dengan kepribadian yang sehat selalu menginginkan sesuatu yang baru, jika tujuannya tercapai, ia akan segera merencanakan tujuan yang baru, seperti halya pepaah mengatakan "semakin banyak anda mendapat, semakin banyak juga anda menginginkan". tujuan terakhir umumnuya menarik orang dari satu subtujuan ke subtujuan yang lain, tetapi tetap tidak dapat dijangkau, seperti halangan yang tidak dapat diatasi. individu yang sehat memang selalu harus memiliki motivasi namun dalam hal pencapaian tujuan, sering kali ada hambatan pada tujuan akhirnya ari subtujuan-subtujuan terdekat yang mereka telah capai.
    Teori Allport tentang dorongan kepribadian yang sehat memasukan juga "prinsip penguasaan dan kemampuan" (principle of mastery and competence) yang berpendapat bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak cukup puas dengan melaksanakan dan mencapai tingkat yang sedang dan hanya memadai. mereka didorong melakukan sedapat mungkin, untuk mencapai tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha memuaskan motif-motif mereka.
     
    "DIRI" dari orang yang sehat
    konsep "diri" (self) merupakan suatu bagian yang penting dalam kepribadian yang sehat. berikut ini adalah sifat dan fungsinya.
    Proprium
    Menunjuk pada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. itu brarti proprium terdiri dari hal atau proses-proses yang penting & bersifat pribadi bagi individu. segi-segi yang menentukan seseorang unik.
    perkembangan proprium
    kemunculan proprium merupakan prasyarat pribadi yang sehat. merupakan perkembangan proprium secara lebih lanjut, proprium disini dimaksudkan sebagai susunan dari tujuh tingkat "diri" , yaitu :
    1. "Diri" jasmaniah
    2. Identitas diri
    3. Harga diri
    4. Perluasan diri (self extension)
    5. Gambaran diri
    6. Diri sebagai pelaku rasional
    7. Perjuangan proprium (Propriate striving)
     
     
  • Aliran Behavioristik
    • Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)
        Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi.
        Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
        Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng Sinterklas.
        Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning)

    • Aliran Humanistik
      •  
        Abraham Maslow (1909-1970): Orang yang mengaktualisasikan diri

        Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.
        Teori atau konsepsi Kepribadian yang sehat menurut Maslow adalah pribadi yang mampu mengaktualisasikan diri. Tujuan yang menantang dari Maslow adalah mempelajari berapa banyak potensi yang kita miliki untuk pengembangan dan pengungkapan manusia yang penuh. Dia percaya Untuk menyelidiki kesehatan psikologis dan mengetahui kepribadian sehat, satu-satunya tipe orang yang dipelajari adalah orang yang sangat sehat. Maslow mengemukakan bahwa kita harus mempelajari contoh-contoh yang paling baik, paling hebat, dan paling matang dari manusia. Maslow memberikan analogi dari teori atau konsepsi kepribadian sehat menurutnya. Apabila kita ingin mengetahui berapa cepatnya manusia dapat berlari, maka kita tidak mempelajari seorang pelari dengan pergelangan kaki yang patah atau seorang pelari yang sedang siap-siap saja, melainkan kita mempelajri pemenang medali emas olympiade,itulah yang paling baik. dengan cara tersebut kita dapat mengetahui seberapa cepat manusia berlari. Demikian juga, dengan mempelajari kepribadian-kepribadian yang paling sehat, kita dpat menemukan berapa jauhnya kita dapat merentangkan dan mengembangkan kapasitas-kapsitas kita. Maslow melakukan penelitian terhadap beberapa orang yang dia anggap memiliki kepribadian sehat yang unggul dan akhirnya menghasilkan penemuan dan menyimpulkan bahwa semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan instinktif. Kebutuhan-kebutuhan universal ini mendorong untuk tumbuh dan berkembang, mengaktualisasikan diri kita, untuk menjadi semuanya sejauh kemampuan kita. jadi, Potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan psikologis ada sejak lahir. Apakah potensi kita dipenuhi tau diaktualisasikan tergantung pada kekuatan-kekuatan individual dan sosial yang memajukan atua menghambat aktualisasi diri. Dalam pandangan Humanistik, manusia memiliki potensi lebih banyak daripada apa yang mereka capai. Maslow berpendapat bahwa apabila kita dapat melepaskan semua potensi itu, maka kita semua dapat mencapai keadaan eksistensi yang ideal yang ditemukannya dalam orang-orangnya yang mengaktualisasikan diri.
         
        Dorongan Kepribadian yang sehat
        Semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan yang dibawa sejak lahir, yang disusun dalam satu tingkat, dari yang paling kuat sampai yang paling lemah.kita dapat berpikir tingkat kebutuhan Maslow seperti suatu tangga, dimana kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama, sebelum naik ke tangga berikutnya. Dengan cara yang sama juga kebutuhan yang paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya, sampai muncul kebutuhan yang keliama yaitu aktualisasi diri. Dari penjelasan tersebut. Jadi, prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada pada tingkat yang lebih rendah. :
        1. Kebutuhan fisiologis
        2. kebutuhan akan rasa aman
        3. kebutuhan akan memiliki dan cinta
        4. kebutuhan akan penghargaan
         
        kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi sekurang-kurangnya sebagian dari dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan aktualisasi diri. dorongan tersebut muncul secara bertahap pada waktu yang berbeda, namun pasti harus terpenuhi secara keseluruhan untuk mencapai tahap terkuat yaitu aktualisasi diri sebagai kepribadian yang sehat, karena seseorang tidak dapat mengaktualisasikan diri sampai setiap tingkat yang lebih rendah dipuaskan.
        apabila semua kebutuhan sudah terpenuhi, maka kita didorong oleh kebutuhan yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri, didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita.
        Sifat-sifat pengaktualisasian dri dari Maslow adalah sifat-sifat yang diinginkan dan diharapkan untuk dimiliki semua orang yang sehat. Cita-cita itu tampaknya perlu dikembangkan.

      Daftar pustaka :

      Schultz,Duane. 1991. psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. yogyakarta : Kanisius
      Feist, J.&Feist, G. J. (2008). Theories of Personality, Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar





      oen shiuli
      2PA01
      15511427

      Senin, 18 Maret 2013

      KESEHATAN MENTAL : Tulisan 1





      KONSEP SEHAT


      Manusia sebagai makhluk hidup sama halnya dengan makhluk hidup lainnya, memiliki kesamaan, yaitu lahir, tumbuh, berkembang, mengalami dinamika stabil-labil, sehat-sakit, normal-abnormal, dan berakhir dengan kematian.
      Namun berbeda dengan yang lainnya, manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subjek dan objek sekaligus, oleh karena itu manusia selalu tertarik untuk membicarakan, menganalisa dan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk diri sendiri. Sebagian besar ilmu pengetahuan dan teknologi disusun dan dibangun oleh manusia untuk kepentingan diri manusia itu sendiri, menyangkut kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan dan semua hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Meski demikian, banyak hal yang tak jarang justru membuat manusia menjadi semakin tidak sehat dan tidak nyaman dalam hidupnya. Berhubungan dengan hal tersebut, selanjutnya, kita akan membahas lebih rinci, mengangkut segi kesehatan dan bagaimana konsep sehat menurut kesehatan mental.
      Konsep sehat disini, mungkin berbeda dari konsep sehat pada umumnya, dimana kita dapat melihat dari pengertian kata sehat secara umum yaitu keadaan dimana kondisi tubuh individu dalam keadaan seimbang dan prima, juga stabil tidak mengalami sakit secara fisik atau biologis, sehat secara jasmani dan rohani. Begitu pula dengan konsep sehat secara kedokeran. sakit secara fisik dapat diketahui dan diobati lebih cepat, seperti sakit gigi, maka pergi ke dokter gigi, sakit perut maka pergi ke dokter penyakit dalam. Namun lebih dari pada hal tersebut kita bukan hanya mengenal kesehatan tubuh, tetapi juga ada kesehatan mental. Dimana masalahnya yaitu ada individu yang secara fisik ia sehat, tetapi ia mengalami gangguan sehingga fisiknya kurang berfungsi. Secara medis ia sehat, namun ia merasa tidak sehat secara kejiwaan, sehingga ia tidak bisa berpikir, tidak bisa konsentrasi, dan tidur. Ada individu yang menyandang cacat tetapi pikirannya jernih, gagasannya cemerlang dan ceria menjalani hidupnya. Sementara ada orang yang secara fisik sehat, memiliki semua kebutuhan fasilitas, namun pikirannya kacau, begitu juga tindakannya, sehingga ia tidak bisa menikmati hidup ini.
      Seperti kita mendengar ungkapan bahwa orang yang penting hatinya, yang penting jiwanya. dalam perspektif ini, hakikat manusia adalah jiwanya. penderita gangguan mental (lunaties) secara fisik adalah manusia, namun jiwanya sudah tidak diperhitungkan karena jiwanya sakit (tidak berfungsi). penderita gangguan mental (lunaties) tidak menyadari dirinya sakit, tetapi orang yang mengalami gangguan kejiwaan menyadari jiwanya terganggu. penderita gangguan mental (lunaties) tidak berpikir, sedangkan orang yang mengalami gangguan, justru selalu berfikir dan bertanya, mengapa aku begini. dari hal inilah terdapat rumah sakit jiwa, dan lembaga mental dan konseling.
      Demikian, dari pembahasan diatas kita dapat mengetahui konsep sehat menurut kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana individu berfungsi dengan baik (dalam arti seimbang antara jasmani dan rohani yaitu pikiran yang sehat terdapat jiwa yang sehat, yang akan mengarahkan kepada fungsi fisiologis dan pola hidup sehat) sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

      Daftar pustaka :
      Rochman,K.L. 2010. Kesehatan mental . Purwokerto : Fajar Media fress


       

      SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

      Secara Historis, kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode, yaitu pra-ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung, 1986 :23)
      1. Periode pra-ilmiah
      Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme. orang/individu primitif percaya bahwa dunia diawasi dan dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa yang tinggal dibenda-benda, seperti ombak mengalun, batu berguling, pehon yang tumbuh dan lain-lain. orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. untuk menghindari kemarahannya maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
      Perubahan sikap terhadap animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan naturalisme, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan ataupun hantu. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.
      Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan masalah penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala rumah sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang dirantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar rumah sakit. Akhirnya diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
      2. Era Ilmiah (Modern)
      Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota medis di rumah sakit Penisylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunaties (orang-orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu, pengetahuan tentang penyakit gangguan mental dan bagaimana cara menyembuhkannya sangat sedikit dan kurang diketahui. Sebagai akibatnya pasien-pasien dikurung dalam sel yang sedikit alat ventilasinya dan sesekali mereka diguyur air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
      Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge berikut gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pikiran dan definisi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan kehidupannya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin yang lemah. Dorothea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia tanggal 17 juli 1887. dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis, selama 40 tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mentl secara lebih manusiawi. usahakan mula diarahkan pada pasien di rumah sakit kemudian diperluas kepada para pasien di rumah-ruah penjara. berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika didirikan 32 rumah sakit jiwa.
      (AF. Jailani,2000 : 54).
      pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental mulai didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Dan karena jasa-jasanya, ia dinobatkan menjadi "The Founder of The Mental Hygiene Movement". Dia terkenal dengan bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Dedikasi Beers juga begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi oleh pengalamannay sebagai pasien di beberapa rumah sakit. Dia mendapatkan pelayanan dan pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi) dikarenakan minimnya perhatian terhadap masalah dibidang gangguan mental, dan pengobatannya. Setelah 2 tahun mendapatkan perawatan di RS, dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama setahun terakhir ia mulai berkontribusi dalam bidang gangguan mental dengan mengembangkan gagasan untuk membuat suatu gerakan untuk melindungi penderita gangguan mental (insane). Setelah ia kembali ke kehidupan normal (sembuh dari penyakitnya) tahun 1908, ia menindaklanjuti gagasannya dengan mempublikasikan otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental, berjudul
      "A Mind That Found Itself". kehadiran buku ini disambut baik oleh seorang pakar psikologi yang bernama Wiliam James, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan yang diberikan kepada para pasien dirumah sakit dipandang kurang manusiawi. disamping itu dia melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
      Beers meyakini gangguan mental dapat dicegah dan disembuhkan. selanjutnya ia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuannya (Langgulung, 1986 :23) :
    • Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa;
    • Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa;
    • Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental; dan
    • Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.

    • Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti William James dan seorang psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama "Mental Hygiene". Dengan demikian, yang mempopulerkan istilah "Mental Hygiene" adalah Mayer. Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt Society For Mental Hygiene. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan National Committee Society for Mental Hygiene; di sini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan:
      1. Melindungi kesehatan mental masyarakat;
      2. Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental;
      3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya;
      4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya; dan
      5. Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
       
      Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentrasikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai
      bidang kegiatan, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial. Secara hukum,gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika Presiden Amerika Serikat menandatangani "The National Mental Health Act". Dokumen ini merupakan blueprint yang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi (Kartono , 1989: 29):
      • Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan;
      • Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya;
      • Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental; dan
      • Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.





      Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation. Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental.Di belahan dunia lainnya, gerakan ini di kembangkan melalui World Federation for Mental Health dan World Health Organization.

      Daftar pustaka :
      Rochman,K.L. 2010. Kesehatan mental . Purwokerto : Fajar Media fress




      Pendekatan Kesehatan Mental


      Di balik keanekaragaman konsep mengenai kesehatan mental, beberapa ahli mengemukakan semacam orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental.
      Saparinah Sadli (dalam Suroso, 2001 :132) mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental, yaitu orientasi klasik, orientasi penyesuaian diri, dan orientasi pengembangan potensi. berikut ini adalah penjelasannya :

      a. Orientasi Klasik
      Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Orientasi ini banyak dianut dilingkungan kedokteran.
      b. Orientasi Penyesuaian Diri
      Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.
      c. Orientasi Pengembangan Potensi
      Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.

      Daftar pustaka :
      Rochman,K.L. 2010. Kesehatan mental . Purwokerto : Fajar Media fress




       
       



       OEN SHIULI

       15511427

        2pa01