Sabtu, 29 Juni 2013

Mental Health

RANGKUMAN KESEHATAN MENTAL

TUGAS PERTAMA HINGGA AKHIR 

TUGAS 1

Tulisan 1

Konsep Sehat

konsep sehat menurut kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana individu berfungsi dengan baik (dalam arti seimbang antara jasmani dan rohani yaitu pikiran yang sehat terdapat jiwa yang sehat, yang akan mengarahkan kepada fungsi fisiologis dan pola hidup sehat) sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Secara Historis, kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode, yaitu pra-ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung, 1986 :23)

1. Periode pra-ilmiah

Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme. orang/individu primitif percaya bahwa dunia diawasi dan dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa yang tinggal dibenda-benda, seperti ombak mengalun, batu berguling, pehon yang tumbuh dan lain-lain. orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. untuk menghindari kemarahannya maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan korban.
Perubahan sikap terhadap animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan naturalisme, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan ataupun hantu. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan masalah penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala rumah sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang dirantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar rumah sakit. Akhirnya diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.

2. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota medis di rumah sakit Penisylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunaties (orang-orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu, pengetahuan tentang penyakit gangguan mental dan bagaimana cara menyembuhkannya sangat sedikit dan kurang diketahui. Sebagai akibatnya pasien-pasien dikurung dalam sel yang sedikit alat ventilasinya dan sesekali mereka diguyur air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge berikut gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pikiran dan definisi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan kehidupannya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin yang lemah. Dorothea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia tanggal 17 juli 1887. dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis, selama 40 tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mentl secara lebih manusiawi. usahakan mula diarahkan pada pasien di rumah sakit kemudian diperluas kepada para pasien di rumah-ruah penjara. berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika didirikan 32 rumah sakit jiwa (AF. Jailani,2000 : 54).
pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental mulai didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Dan karena jasa-jasanya, ia dinobatkan menjadi "The Founder of The Mental Hygiene Movement". Dia terkenal dengan bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Dedikasi Beers juga begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi oleh pengalamannay sebagai pasien di beberapa rumah sakit. Dia mendapatkan pelayanan dan pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi) dikarenakan minimnya perhatian terhadap masalah dibidang gangguan mental, dan pengobatannya. Setelah 2 tahun mendapatkan perawatan di RS, dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama setahun terakhir ia mulai berkontribusi dalam bidang gangguan mental dengan mengembangkan gagasan untuk membuat suatu gerakan untuk melindungi penderita gangguan mental (insane). Setelah ia kembali ke kehidupan normal (sembuh dari penyakitnya) tahun 1908, ia menindaklanjuti gagasannya dengan mempublikasikan otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental, berjudul
"A Mind That Found Itself". kehadiran buku ini disambut baik oleh seorang pakar psikologi yang bernama Wiliam James, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan yang diberikan kepada para pasien dirumah sakit dipandang kurang manusiawi. disamping itu dia melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini gangguan mental dapat dicegah dan disembuhkan. selanjutnya ia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuannya (Langgulung, 1986 :23) :
Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa;
Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa;
Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental; dan
Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.

Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti William James dan seorang psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama "Mental Hygiene". Dengan demikian, yang mempopulerkan istilah "Mental Hygiene" adalah Mayer. Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt Society For Mental Hygiene. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan National Committee Society for Mental Hygiene; di sini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan:
Melindungi kesehatan mental masyarakat;
Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental;
Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya;
Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya; dan
Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentrasikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai
bidang kegiatan, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial. Secara hukum,gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika Presiden Amerika Serikat menandatangani "The National Mental Health Act". Dokumen ini merupakan blueprint yang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi (Kartono , 1989: 29):
Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan;
Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya;
Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental; dan
Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation. Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental.Di belahan dunia lainnya, gerakan ini di kembangkan melalui World Federation for Mental Health dan World Health Organization.

Pendekatan Kesehatan Mental

Saparinah Sadli (dalam Suroso, 2001 :132) mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental, yaitu orientasi klasik, orientasi penyesuaian diri, dan orientasi pengembangan potensi. berikut ini adalah penjelasannya :
a. Orientasi Klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Orientasi ini banyak dianut dilingkungan kedokteran.
b. Orientasi Penyesuaian Diri
Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.
c. Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.

Daftar pustaka :
Rochman,K.L. 2010. Kesehatan mental . Purwokerto : Fajar Media fress

Tulisan 2

Teori kepribadian sehat

a. Aliran Psikoanalisa 

Gordon Allport (1897-1967) : Orang yang matang

Allport melihat kepribadian sehat dari sisi pandang psikoanalisa.
ia melihat individu adalah positif, penuh harapan, dan menyangjung- nyangjung. Menurutnya orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah laku mereka tidak ditentukan oleh hantu yang jauh ada didalam diri mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau, tetapi individu dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa yang akan datang, tidak mundur lagi ke peristiwa masa kanak-kanak atau lampau. segi pandangan yang sehat itu memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Teori dari allport ini memang berorientasi lebih pada kesehatan.

"DIRI" dari orang yang sehat

konsep "diri" (self) merupakan suatu bagian yang penting dalam kepribadian yang sehat. berikut ini adalah sifat dan fungsinya.

Proprium

Menunjuk pada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. itu brarti proprium terdiri dari hal atau proses-proses yang penting & bersifat pribadi bagi individu. segi-segi yang menentukan seseorang unik.
perkembangan proprium
kemunculan proprium merupakan prasyarat pribadi yang sehat. merupakan perkembangan proprium secara lebih lanjut, proprium disini dimaksudkan sebagai susunan dari tujuh tingkat "diri" , yaitu :
1. "Diri" jasmaniah
2. Identitas diri
3. Harga diri
4. Perluasan diri (self extension)
5. Gambaran diri
6. Diri sebagai pelaku rasional
7. Perjuangan proprium (Propriate striving)
b. Aliran Humanistik
Abraham Maslow (1909 - 1970) : Orang yang mengaktualisasikan diri
Teori atau konsepsi Kepribadian yang sehat menurut Maslow adalah pribadi yang mampu mengaktualisasikan diri. Dia percaya Untuk menyelidiki kesehatan psikologis dan mengetahui kepribadian sehat, satu-satunya tipe orang yang dipelajari adalah orang yang sangat sehat. Maslow mengemukakan bahwa kita harus mempelajari contoh-contoh yang paling baik, paling hebat, dan paling matang dari manusia. dengan mempelajari kepribadian-kepribadian yang paling sehat, kita dpat menemukan berapa jauhnya kita dapat merentangkan dan mengembangkan kapasitas-kapsitas kita. Maslow melakukan penelitian terhadap beberapa orang yang dia anggap memiliki kepribadian sehat yang unggul dan akhirnya menghasilkan penemuan dan menyimpulkan bahwa semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan instinktif. Kebutuhan-kebutuhan universal ini mendorong untuk tumbuh dan berkembang, mengaktualisasikan diri kita, untuk menjadi semuanya sejauh kemampuan kita. jadi, Potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan psikologis ada sejak lahir. Apakah potensi kita dipenuhi tau diaktualisasikan tergantung pada kekuatan-kekuatan individual dan sosial yang memajukan atua menghambat aktualisasi diri. Dalam pandangan Humanistik, manusia memiliki potensi lebih banyak daripada apa yang mereka capai. Maslow berpendapat bahwa apabila kita dapat melepaskan semua potensi itu, maka kita semua dapat mencapai keadaan eksistensi yang ideal yang ditemukannya dalam orang-orangnya yang mengaktualisasikan diri.
Dorongan Kepribadian yang sehat
prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada pada tingkat yang lebih rendah. :
1. Kebutuhan fisiologis
2. kebutuhan akan rasa aman
3. kebutuhan akan memiliki dan cinta
4. kebutuhan akan penghargaan
kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi sekurang-kurangnya sebagian dari dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan aktualisasi diri. dorongan tersebut muncul secara bertahap pada waktu yang berbeda, namun pasti harus terpenuhi secara keseluruhan untuk mencapai tahap terkuat yaitu aktualisasi diri sebagai kepribadian yang sehat, karena seseorang tidak dapat mengaktualisasikan diri sampai setiap tingkat yang lebih rendah dipuaskan.

c. Aliran Behavioristik

Ivan Petrovic Pavlov (1849 - 1936)Ivan Petrovic Pavlov (1849 - 1936)
Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi.
Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Daftar pustaka :
http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html

Schultz,Duane. 1991. psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. yogyakarta : Kanisius

Tulisan 3

Penyesuaian diri dan Pertumbuhan

Penyesuaian diri (self-adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup (Alexander Schneiders. 1964 : 51).
Schneiders juga memandang bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari empat sudut pandang yaitu :
1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)
2. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity)
3. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) dan
4.Perbedaan individual pada perilaku dan respon yang muncul daro masing-masing individu dalam menanggapi masalah (individual variation).

Karakteristik Penyesuaian Diri Menurut Schneiders

1. Penyesuaian yang Normal (Well-Adjustment)
Penyesuaian diri yang normal adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan dengan ciri-ciri diantaranya :
  • Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, atau kurang mampu mengontrol diri)
  • Absence of psychological mechanism (terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis)
  • Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari perasaan frustasi, kecewa karena suatu kegagalan)
  • Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional)
  • Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan kualitas dirinya)
  • Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu)
Realistic, objective attitude (bersikap objektif dan realistic mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara wajar) 
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan berbagai bentuk diantaranya :
  • Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
  • Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
  • Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba
  • Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti)
  • Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri
  • Penyesuaian dengan belajar
  • Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat 
2. Penyesuaian yang Menyimpang (Maladjustment)
Penyesuaian diri yang menyimpang merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.Biasanya ditandai dengan berbagai bentuk perilaku yang tidak terarah, serba salah, emosional, agresif, dan sebagainya. Respon-respon penyesuaian diri yang abnormal adalah sebagai berikut :
  • Reaksi bertahan (defence reaction)
    Individu dikejar oleh tuntutan-tuntutan dari dalam dan dari luar dirinya yang tidak jarang mengancam rasa aman dari egonya, sehingga dilakukan defence mechanism. 
  • Reaksi menyerang (agresive reaction)
    Agresi adalah bentuk respon untuk mengurangi ketegangan dan frustasi dengan tingkah laku yang merusak, berkuasa atau mendominasi. 
  • Reaksi melarikan diri dari kenyataan (escape withdrawal reaction)
    Escape merefleksikan perasaan kejenuhan atau putus asa, sementara withdrawal mengindikasikan kecemasan atau ketakutan. 
  • Penyesuaian yang patologis (flight inti illness)
    Penyesuaian yang patologis berarti individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus dan bersifat klinis. 
  • Tingkah laku anti-sosial (antisocial behavior)
    Tingkah laku anti-sosial merupakan tingkah laku yang bertentangan dengan norma masyarakat dan norma agama 
  • Kecanduan dan ketergantungan alcohol dan obat terlarang
  • Penyimpangan seksual dan AIDS 
Untuk mencapai penyesuaian diri yang normal yang dibutuhkan adalah :
  • Ketenangan jiwa
  • Kemampuan bekerja
  • Konsepsi tentang diri
  • Menerima diri dan orang lain
  • Membuat tujuan-tujuan nyata
  • Kemampuan pengendalian diri dan memiliki rasa tanggung jawab
  • Mampu membuat hubungan yang didasarkan atas saling mempercayai
  • Kesanggupan berkorban dan memberikan pelayanan terhadap orang lain
  • Perasaan bahagia

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah kemampuan untuk berkembang baik secara kuantitatif dan kualitatif terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya, kemampuan untuk mampu menyadari perasaan, keinginan, dan berempati pada orang lain.
Aspek-Aspek Pertumbuhan Personal menurut Carl Rogers
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan
2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa terkecuali, dan
3. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain

Daftar pustaka :
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_bk_0808228_chapter2.pdf

TUGAS 2

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 1

Teori kepribadian sehat

1. Gordon Allport (1897-1967) : Orang yang matang

CIRI - CIRI KEPRIBADIAN YANG MATANG
Menurut Allport terdapat tujuh kriteria atau ciri-ciri kepribadian yang matang. tujuh kriteria ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
Perluasan perasaan diri
Ketika diri berkembang maka ia meluas menjangkau banyak orang dan benda. Dengan kata lain, orang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar diri, seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini "partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia". Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. menurut allport, aktivitas individu harus relevan dan penting bagi diri, dengan begitu, semakin ia terpacu dengan aktivitas atau orang atau ide, ia akan terlibat secara penuh dan hal ini akan membuat individu semakin sehat secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan perasaan diri.
Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain
Allport membedakannya menjadi dua macam : kapasitas untuk keintiman(intimacy) dan kapasitas untuk perasaan terharu.
kapasitas intimacy :
orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan intimacy (cinta) dengan orang tua, anak, partner, teman akrab. yang dihasilkan dari kapasitas intimacy adalah perasaan perluasan diri yang berkembang dengan baik.
perasaan terharu :
orang yang memiliki kapasitas untuk memahami tentang kondisi dasar manusia (kesakitan, penderitaan, ketakutan, kegagalan) dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. memiliki empati, dan sabar dengan tingkah laku orang lain, tidak menghakimi.
Keamanan Emosional
kepribadian yang sehat mampu mengontrol emosi-emosi mereka; mengarahkannya kembali manjadi konstruktif. kualitas dari keamanan emosional menurut allport yaitu " sabar terhadap kekecewaan" dalam arti individu yang sehat mampu mengatasi segala kemunduran dan halangan dengan mencari cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuannya.
Persepsi Realistis
orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. pribadi menerima realitas sebagaimana adanya.
Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu-suatu tingkat kemampuan. pribadi yang sehat memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang memberikan arti dan perasaan continuitas dalam hidup. tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan penting dengan penuh dedikasi, komitmen, dan keterampilan.
Pemahaman diri
Individu yang sehat memiliki kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak hanya sekedar menikmati dan tertawa tetapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
Filsafat hidup yang mempersatukan
ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Orang yang sehat melihat ke depan, di dorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. perasaan akan tujuan, tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai sendi kehidupan dan memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka.

2. Carl Rogers (1902 - 1987) : Orang yang berfungsi sepenuhnya
Rogers menciptakan suatu metode terapi yaitu "client centered therapy" yang menempatkan tanggung jawab utama pada perubahan kepribadian client. menurut rogers kepribadian yang sehat adalah pribadi yang dibimbing oleh persepsi sadar mereka tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitar mereka bukan dengan kekuatan yang tak sadar yang tidak dapat mereka kontrol. pada pengalaman sadarnya sendiri, pengalaman itu akan memberikan kerangka intelektual dan emosional dimana kepribadian terus menerus akan tumbuh dan berkembang. Rogers mengemukan pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang, namun yang lebih ditekankan oleh rogers adalah pada masa sekarang, karena tidak tidak selamanya mempelajari kesadaran perkembangan kepribadian kita dari kesadaran masa lampau.
Rogers meyakini ada proses bertumbuh dan berkembang pada individu secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial,dan semakin menuju tahap aktualisasi diri.
self ini berkembang secara utuh keseluruhan diikuti dengan penerimaan diri secara positif dan penyaringan tingkah laku yang tidak sesuai dengan struktur self tsb.
Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)

3. Abraham Maslow (1909 - 1970) : Orang yang mengaktualisasikan diri
Dorongan Kepribadian yang sehat
Teori Kepribadian yang sehat menurut Maslow adalah pribadi yang mampu mengaktualisasikan diri.
Semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan yang dibawa sejak lahir, yang disusun dalam satu tingkat, dari yang paling kuat sampai yang paling lemah.kita dapat berpikir tingkat kebutuhan Maslow seperti suatu tangga, dimana kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama, sebelum naik ke tangga berikutnya. Dengan cara yang sama juga kebutuhan yang paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya, sampai muncul kebutuhan yang keliama yaitu aktualisasi diri. Dari penjelasan tersebut. Jadi, prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada pada tingkat yang lebih rendah. :
1. Kebutuhan fisiologis
2. kebutuhan akan rasa aman
3. kebutuhan akan memiliki dan cinta
4. kebutuhan akan penghargaan
kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi sekurang-kurangnya sebagian dari dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan aktualisasi diri. dorongan tersebut muncul secara bertahap pada waktu yang berbeda, namun pasti harus terpenuhi secara keseluruhan untuk mencapai tahap terkuat yaitu aktualisasi diri sebagai kepribadian yang sehat, karena seseorang tidak dapat mengaktualisasikan diri sampai setiap tingkat yang lebih rendah dipuaskan.
apabila semua kebutuhan sudah terpenuhi, maka kita didorong oleh kebutuhan yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri, didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita.
Sifat-sifat pengaktualisasian dri dari Maslow adalah sifat-sifat yang diinginkan dan diharapkan untuk dimiliki semua orang yang sehat. Cita-cita itu tampaknya perlu dikembangkan.

4. Erich Fromm

CIRI-CIRI KEPRIBADIAN SEHAT
Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam satu sama lain. menurut fromm individu disini memiliki kebutuhan akan hubungan atau bersatu dengan orang lain sebagai kompensasi atas hilangnya ikatan dengan alam. Pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Namun, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi; tingkah laku irasional, bahkan penyakit jiwa merupakan akibat yang tidak dapat dielakan karena kegagalan dalam pemuasan kebutuhan ini.
ada beberapa cara untuk memuaskan kebutuhan ini, yaitu yang bersifat destruktif (tidak sehat) atau konstruktif (sehat). namun cara-cara ini dinilai kurang tepat menurut fromm karena mengakibatkan ketergantungan akan orang lain pada individu dan dapat menghilangkan kebebasan dan integritas diri individu. Karena itu cara yang tepat adalah Cinta. Fromm disini mendefinisikan cinta dengan pengertian yang luas dan lebih universal pada sekitar, solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka, bukan yang bersifat pengertian erotis. Dengan cara-cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia melalui cinta ini, individu dapat memuaskan kebutuhan akan keamanan juga menimbulkan suatu perasaan integritas dan individualis.
Transendensi
Erat berhubungan dengan kebutuhan akan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak,ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental. Dengan demikian mencapai suatu perasaan yang dimaksud dan kebebasan.
menciptakan adalah cara ideal yang sehat untuk melebihi keadaan yang pasif yang tidak dapat diterima oleh manusia karena kemampuan berfikirnya dan daya khayalnya. Dengan hal tersebut manusia harus kreatif, karena dengan dirinya kreatif maka ia akan bisa memuaskan kebutuhan transedensi dan ini potensi utama yang menyebabkan kesehatan psikologis.
Berakar
menurut fromm hakikat dan kondisi dari manusia -kesepian dan tidak berarti-timbul dari pemutusan ikatan-ikatan utama dengan alam. tanpa akar-akar ini orang tak berdaya, jelas kondisi yang amat berat. karena itu manusia harus memenuhi kebutuhan akan keberakaran, cara yang ideal adalah membangun suatu perasaan persaudaran dengan yang lainnya, perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. karena dengan perasaan tersebut, orang-orang dapat terkoneksi dan berhubungan dengan dunia, yang akhirnya dapat memuaskan kebutuhan berakar.
Perasaan Identitas
manusia juga membutuhkan perasaan identitas sebagai indvidu yang unik, suatu identitas yang menempatkan terpisah dari orang lain dalam hal perasaannya tentang dia, siapa, dan apa.
Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini dengan individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang lain.
Kerangka Orientasi
dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang utnuk mengembangkan suatu gambaran realitis dan objektif tentang dunia. Terkandung dalam hal ini adalah kapasitas untuk melihat dunia (termasuk diri) secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjektif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan orang sendiri.
Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan, semakin objketif persepsi kita, semakin jutga kita berhubungan dengan kenyataan; jadi semakin matang dan tangkas juga kita dalam menangani dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan.

Daftar Pustaka :

Koeswara, E.(2001)Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.

Schultz,Duane. 1991. psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. yogyakarta : Kanisius


KESEHATAN MENTAL : Tulisan 2

PENGERTIAN STRES

Definisi stress :
"suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. "

EFEK STRES MENURUT HANS SEYLE

Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
*. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
respon bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
• fase pertama :
adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua :
pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
*. General Adaptation Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun àatau normal, tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.

Daftar pustaka :
http://goenable.wordpress.com/tag/hans-selye/
http://www.psychologymania.com/2012/12/faktor-faktor-penyebab-stres.html

Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stres
faktor individual
Yaitu, stressor yang berasal dari dalam diri individu sendiri. stres juga akan muncul dalam diri seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik.
Faktor sosial (social source of stress)
Perubahan sosial dapat dilihat dari perubahan gaya hidup (life-style changes), nilai-nilai dan tradisi-tradisi lama yang telah bergeser. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi aborsi, kebebasan homoseksual, pernikahan yang kemudian membuat keluarga, masyarakat dan pemerintahan terpengaruh untuk mengikuti perubahan-perubahan tersebut.
Tipe-tipe stres
  • Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
  • Konflik.
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
  1. Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
  2. Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
  3. Konflik mendekat-menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
  • Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.
  • kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.

Pendekatan problem solving terhadap stress 

Mekanisme Pertahanan Diri dan Strategi Coping

1. Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.

2. Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar (Santrock, 2003 : 567) :
a. strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
b. strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres

Menurut Ebata & Moos, 1994 (dalam Santrock, 2003 : 567) individu yang menggunakan strategi mendekat untuk menghadapi stres adalah remaja yang berusia lebih tua, lebih aktif, menilai stresor utama yang muncul sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan dan sebagai suatu tantangan, dan memiliki sumber daya sosial yang dapat digunakan. Sedangkan, individu yang menggunakan strategi menghindar mudah merasa tertekan dan mengalami stres, memiliki stresor yang lebih kronis, dan telah mengalami kejadian-kejadian yang lebih negatif dalam kehidupannya selama tahun sebelumnya.

3. Berpikir positif dan self-efficacy
Menurut Bandura (dalam Santrock, 2003 : 567) self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri.

Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata. Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif. Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi, orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas rata-rata dapat menjadi yang paling efektif (dalam Santrock, 2003 : 568).

4. Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar (dalam Santrock, 2003 : 568), keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres.

5. Berbagai strategi penanganan stres
Dalam penanganan stres dapat menggunakan berbagai strategi coping, karena stres juga disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor (Susman, 1991 dalam Santrock, 2003 : 569).

Problem Solving Terhadap Stress

Kita mengalahkan stress dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat stress itu). Misalnya, kita stress karena menderita suatu penyakit, maka kita menyelesaikan masalah dengan berobat sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau bisa juga dengan mengusahakan agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi (bila situasinya sendiri tidak bisa dirubah).

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 3

Koping (coping) stress

pengertian dan jenis-jenis coping
menurut Lazarus dan Folkman pada tahun 1984 (Cohen & lazarus, 1983,lazarus & folkman, 1984; sarafino, 1990; Taylor, 1991) mendefinisikan koping adalah :
"Suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari diri individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam mengahadapi situasi Stressful. "
jenis- jenis coping
Menurut lazarus dan folkman, ada 2 jenis strategi coping, yaitu:
problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress, dan dipaparkan para ahli bahwa aspek-aspek yang digunakan individu di bagi menjadi lima, sebagai berikut:
a. Distancing , ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah
b. Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
c. Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
d. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
e. Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll
Emotion-Focused Coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Berikut adalah aspek-aspeknya:

a. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.

b. Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.

c. Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),

d. Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.

e. Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.

Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping ,yaitu active & avoidant coping strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative).
Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres,
Avoidant Coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres.
Jenis-jenis coping yang konstruktif dan positif :
dari dua jenis coping dan bagiannya diatas, terdapat beberapa coping yang bersifat membangun dan sehat, yaitu :
  • problem-solving focused coping
  • Planful Problem Solving
  • Positive Reapraisal
  • Self Control\
  • Emotion-Focused Coping
  • Positive Reinterpretation
  • Avoidant Coping
  • Active coping
Dari berbagai jenis coping stress, tidak ada strategi yang dapat digunakan untuk semua situasi stress. tidak ada strategi coping yang paling berhasil, karena strategi yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stres dan situasinya.

Daftar pustaka :
http://e.psikologi.com/
http://azmisahabudin.wordpress.com/2011/10/17/strategi-coping-dalam-psikologi/

TUGAS 3

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 1

Penyesuaian diri dan Pertumbuhan

Penyesuaian Diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment/self-adjustment. Penyesuaian diri (self-adjustment) adalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup (Alexander Schneiders. 1964 : 51). Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.

Karakteristik Penyesuaian Diri Menurut Schneiders

1. Penyesuaian yang Normal (Well-Adjustment)
Penyesuaian diri yang normal adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan dengan ciri-ciri diantaranya :
Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, atau kurang mampu mengontrol diri)
Absence of psychological mechanism (terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis)
Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari perasaan frustasi, kecewa karena suatu kegagalan)
Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional)
Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan kualitas dirinya)
Utilization of past experience (mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu)
Realistic, objective attitude (bersikap objektif dan realistic mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara wajar)
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan berbagai bentuk diantaranya :
  • Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
  • Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
  • Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba
  • Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti)
  • Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri
  • Penyesuaian dengan belajar
  • Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
  • Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat 
2. Penyesuaian yang Menyimpang (Maladjustment)
Penyesuaian diri yang menyimpang merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.Biasanya ditandai dengan berbagai bentuk perilaku yang tidak terarah, serba salah, emosional, agresif, dan sebagainya. Respon-respon penyesuaian diri yang abnormal adalah sebagai berikut :
  • Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu dikejar oleh tuntutan-tuntutan dari dalam dan dari luar dirinya yang tidak jarang mengancam rasa aman dari egonya, sehingga dilakukan defence mechanism.
  • Reaksi menyerang (agresive reaction)
Agresi adalah bentuk respon untuk mengurangi ketegangan dan frustasi dengan tingkah laku yang merusak, berkuasa atau mendominasi.
  • Reaksi melarikan diri dari kenyataan (escape withdrawal reaction)
Escape merefleksikan perasaan kejenuhan atau putus asa, sementara withdrawal mengindikasikan kecemasan atau ketakutan.
Penyesuaian yang patologis (flight inti illness)
Penyesuaian yang patologis berarti individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus dan bersifat klinis.
  • Tingkah laku anti-sosial (antisocial behavior)
Tingkah laku anti-sosial merupakan tingkah laku yang bertentangan dengan norma masyarakat dan norma agama
  • Kecanduan dan ketergantungan alcohol dan obat terlarang
  • Penyimpangan seksual dan AIDS
Untuk mencapai penyesuaian diri yang normal yang dibutuhkan adalah :
  • Ketenangan jiwa
  • Kemampuan bekerja
  • Konsepsi tentang diri
  • Menerima diri dan orang lain
  • Membuat tujuan-tujuan nyata
  • Kemampuan pengendalian diri dan memiliki rasa tanggung jawab
  • Mampu membuat hubungan yang didasarkan atas saling mempercayai
  • Kesanggupan berkorban dan memberikan pelayanan terhadap orang lain
  • Perasaan bahagia

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Pada penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.

1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Pada penyesuain ini seseorang menyadari siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang tenang tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya dan dapat berdampak negative atau perilaku yang menyimpang.

2. Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di dalam lingkup sosial (masyarakat) terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
kedua aspek tersebut merupakan dasar agar individu dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik tanpa adanya penyimpangan dan menaati norma yang berlaku dilingkungannya.

Pertumbuhan Personal

Pertumbuhan adalah kemampuan untuk berkembang baik secara kuantitatif dan kualitatif terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya, kemampuan untuk mampu menyadari perasaan, keinginan, dan berempati pada orang lain.
Aspek-Aspek Pertumbuhan Personal menurut Carl Rogers
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan
2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa terkecuali, dan
3. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain

Daftar pustaka :
  • http://repository.upi.edu/operator/upload/t_bk_0808228_chapter2.pdf
  • http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
  • http://e.psikologi.com/
  • Schultz,Duane. 1991. psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. yogyakarta : Kanisius

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 2

HUBUNGAN INTERPERSONAL

Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
A. Model-model hubungan interpsersonal
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek- efek tidak menyenangkan.
2. Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
3. Model Analisis transaksional (AT)
Model Analisis transaksional (AT) adalah suatu pendekatan psikoteraputik yang sangat dapat diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis (Cooper & Turner,1996). Analisis Transaksional gagasan Eric Berne (1910-1970) merupakan suatu pendekatan untuk mensistematisasi, menganalisis, dan mengubah saling pengaruh diantara manusia, yang menekankan interaksi keduanya (antara diri dan manusia lain) dan kesadaran internal (regulasi dan ekspresi diri).
Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal (interpsikis) dengan interpersonal dan relasional. pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
Analisis Transaksional dibagi kedalam kategori sebagai berikut :
Keadaan ego (ego states)
Transaksi (Transactions)
Permainan dan drama segitiga (games and the drama triangle
Naskah (Scripts)
Gerakan dan lakon cerita (strokes and scriptwork)
Posisi kehidupan (life position)
Perintah dan keputusan ulang naskah (Script injuctions and redecition)
B. Cara Memulai Hubungan
1. pembentukan kesan
Menurut sears dkk (1992) individu cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang lain berdasarkan informasi yang terbatas.
Evaluasi : Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain.
Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang diterima secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menambahkan.
Konsistensi. Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.
Prasangka positif menurut sears (dalam Sears dkk., 1992) adalah kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif.
2. ketertarikan interpersonal

Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal

a. Penguatan 
Kita menyukai orang lain dengan cara member ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial, dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).

b. Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Teori ini menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain (Sears dkk., 1992).

· c. Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek (Clore & Byrne dalam Sears dkk., 1992)
Faktor-faktor yang mempengaruhinya
1. Karakter Pribadi 
Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua hal : yang bersifat fisik (wajah, rambut, tubuh) dan yang bersifat non fisik (kepribadian, intelegensi, minat dan hobby), para ahli mengidentifikasikan beberapa karakter umum yang mempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain yaitu ketulusan, kehangatan personal, kompetensi, dan daya tarik fisik.

2. Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, hoby, latar belakang, dan kepribadian. Menurut Sears dkk., (1992) dalam hal berpacaran dan pernikahan, kecenderungan untuk memilih pasangan yang mempunyai kesamaan disebut sebagai “prinsip kesesuaian” (match principle).
3. Keakraban
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkan rasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat mningkatkan keakraban. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan apa yang disebut sebagai efek eksposur belaka. Efek ini merupakan suatu fenomena dimana keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka kita terhadap orang lain.

4. Kedekatan
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor terbaik mengenai apakah dua orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak tempat tinggal mereka. Terdapat tiga faktor yang menghubungkan antara kedekatan daya tarik interpersonal, yaitu pertama, kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Kita seringkali memilih untuk tinggal dan bekerja dengan orang lain yang kita kenal, dan selanjutnya kedekatan geografi kita akan meningkatkan kesamaan kita. Faktor ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada orang yang jauh (Sears dkk. 1992).

C. Intimasi dan hubungan pribadi

Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.

D. Intimasi dan Pertumbuhan

Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita.
Hal ini dapat disebabkan karena :
  • kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
  • kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
  • kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
  • kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
  • kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .

    Daftar pustaka : 
  •  http://www.psychologymania.com/2013/04/teori-hubungan-interpersonal.html
  • http://pemulihanjiwa.com/teori-teori-hubungan-interpersonal-2.html
  • http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/07/hubungan-interpersonal.pdf
  • Widyarini, M. M. Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer: Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta: Elex Media Komputindo
  • Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper saddle river :person prentice hall
  • Jalaluddin Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung

Mental Health

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 3

Cinta dan Perkawinan

Deskripsi Cinta & Perkawinan

Deskripsi cinta :
  1. Hartfield mendeskripsikan cinta secara umum dengan membedakan antara companionate love dan passionate love (Hartfield, 1988; Hardfield & Rapson, 1993; Hardfild & Walster, 1978).
a. Companionate love adalah keintiman dan afeksi yang dirasakan seseorang ketika ia sangat peduli terhadap seseorang yang lain, tetapi tidak mengalami gairah atau bangkitan fisiologis (arousal) saat kehadiran orang lain tsb. 
b. Passionate love adalah kerinduan yang sangat kuat yang dirasakan seseorang, disertai arousal; bila cinta itu berbalas maka ada rasa kepenuhan yang sangat besar, tetapi bila tak berbalas maka terjadi rasa sedih dan putus asa. 
    2.  Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Deskripsi Perkawinan :
  1. Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
  2. Secara hukum, dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1/1974, bab I, pasal 1 bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Bagaimana memilih pasangan

Berikut ini merupakan cara memilih pasangan berdasarkan tiga kriteria dasarnya yaitu :
  1. COCOK JADI ANAK DARI ORANG TUA KITA
  2. COCOK JADI AYAH / IBU DARI ANAK-ANAK KITA KELAK
  3. COCOK JADI SUAMI / ISTRI KITA 
 Dan berikut ini mari kita lihat penjelasannya..
  • Cocok Jadi Anak Dari Orang Tua Kita
orang tua ditempatkan di kriteria pertama, karena pada umumnya pasti masing-masing dari kita menginginkan agar pasangan kita dapat cocok dan akur dengan kedua orang tua kita. bisa masuk kedalam keluarga pasangan.
  • Cocok Jadi Ayah / Ibu Dari Anak-anak Kita Kelak
Dan ini adalah kriteria kedua yang saya letakkan. Orang tua harus perhatian kepada anak entah itu masalah pendidikannya (baik pendidikan agama ataupun formal), kesehatannya, keperluannya, dan lain-lain. karena itu adalah dasar yang menjadi pedoman untuk pembentukan pribadi anak dan konsep diri yang baik.
  • Cocok Jadi Suami / Istri kita
Ini adalah kriteria yang terakhir. Kriteria ini ditempatkan dari dua terakhir karena kriteria ini relatif lebih mudah dibanding kedua kriteria diatas. lebih mudah ditemukan sesuai dengan pribadi masing-masing individunya dalam mencari pasangan.

Seluk-beluk hubungan dalam perkawinan

Simak dulu pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan :
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima : Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.

penyesuaian dan Pertumbuhan dalam perkawinan

Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak dikukur dari ketergantungan pasangan. perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. dan perubahan dalam perkawinan sering kali tidak sederhana. Perubahan dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antar keluarga dua pihak. Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. dalam kondisi perkawinan seperti itu, tentu saja sulit mendapatkan keharmonisan dalam keluarga. pada dasarnya diperlukan sebuah penyesuaian dalam perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya berharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dari sebuah hubungan, bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya tak semua pasangan dapat mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

Perceraian & pernikahan kembali

Dalam pernikahan biasanya selalu ada rintangan yang berupa masalah, banyak hal yang dapat menyebabkan masalah terjadi dan bukan tidak mungkin jika akhirnya berujung pada keputusan yang pahit yaitu perceraian. Ada yang memutuskan tetap menjadi single parent setelah bercerai dan ada yang memutuskan untuk menikah kembali, berharap dengan orang yang baru dapat membangun rumah tangga dan keluarga yang lebih baik. namun pada kenyataannya, kebanyakan orang menikah kembali setelah bercerai juga merupakan keputusan yang membingungkan untuk diambil karena umumnya orang akan menghindari untuk jatuh kedua kalinya pada kesalahan yang sama pada perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya tidak percaya diri dalam memimpin pernikahan karena dihantui oleh kegagalan masa lalu yang menjadi keragu-raguan untuk mengambil keputusan. apa yang mempengaruhi peluang menikah kembali setelah bercerai? jawabannya adalah ada banyak faktor. mulai dari kebutuhan personal untuk mempunyai pendamping hidup, status sosial, ekonomi, pendidikan, materi dan lain sebagainya.
Sebagai manusia kita memang memiliki daya tarik dan ketertarikan yang tinggi akan sesuatu yang baru, namun seiring waktu hal itu akan menghilang dan sifatnya akan mengikis karena daya tarik tersebut umumnya tergantung pada periode, jadi daya tarik itu pada akhirnya dapat berubah jadi hal yang biasa yang dapat mengakibatkan kejenuhan pada pernikahan, hal itulah yang dapat menjadi bibit perusak pada pernikahan.
Esensi dari pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan adalah lebih penting untuk diusahakan bersama.

Artikel :

Kasus perceraian Brad pitt dan Jennifer Aniston.
Selama berbulan-bulan, Jennifer Aniston dan Brad Pitt selalu tetap tutup mulut tentang penyebab perceraian mereka, membiarkan media berspekulasi sendiri. Tetapi sekarang, saat detail perceraian dalam proses penyelesaian, Jennifer mengungkapkan ungeg-unegnya tentang penyebab perpisahan mereka. Mantan bintang FRIENDS ini mengaku bahwa perkawinan yang bagai kisah dongeng dengan Brad membuatnya merasa tak aman. Bintang berusia 36 tahun ini mengatakan: "Perkawinan membawa berbagai macam hal yang saya dorong jadi api ketakutan, kecurigaan, ragu-ragu, dan kegelisahan."
"Brad adalah orang yang paling baik yang pernah saya kenal dan yang paling manis di planet ini.Dia menolong anda dengan kursi anda saat di restoran dan membuka pintu mobil untuk anda. Dia seorang gentleman dan menenerima saya dengan seluruh omong kosong dan gangguan fungsi saya dan kegelisahan serta segala kegoyahan .Tetapi dia mengatakan dia selalu merasa rendah diri dari bintang TROY ini dan hal ini membuat hubungan mereka berubah jadi "kasar dan buruk". Meskipun ada gosip yang mangatakan bahwa dia lebih mementingkan karirnya dari pada memulai membentuk keluarga dengan Brad, Jennifer mengatakan betapa dia merindukan memiliki anak, mengatakan: "Seorang bayi begitu ajaib yang saya ingin miliki setidaknya satu untuk diri saya sendiri." Brad sendiri baru-baru ini mengatakan bahwa cintanya tidak pernah cukup bagi Jennifer. Dia dikutip mengatakan: "Ini berubah jadi mimpi buruk. Sewaktu sesuatu yang begitu bagus berubah jadi begitu buruk, sangat ganjil. Jennifer menolak untuk menyelesaikan masalahnya dan dia mempunyai ketidaksanggupan untuk membiarkannya berlalu, selalu mengenang yang baik. Saya bukanlah orang yang jahat."

Pembahasan :

seperti yang telah dibahas diatas banyak faktor yang berujung pada retaknya hubungan perkawinan dan berujung pada perceraian, seperti kasus jennifer dan pitt yang menjadi gambaran bagi kita semua bahwa pernikahan tidak selalu seperti dongeng pada film cinderlella dimana semuanya berakhir happy ending, pernikahan tersebut sejatinya merupakan penyatuan dari dua orang yang berbeda latar belakang dan prinsip, visi misi mereka dan segala sifatnya hal ini harus dapat diterima satu sama lain dan harus bisa saling pengertian untuk menjaga pernikahannya tetap utuh.

Daftar pustaka :
  • http://sinichinet.blogspot.com/2012/11/memilih-pasangan-hidup.html
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian
  • http://www.kapanlagi.com/showbiz/hollywood/jennifer-aniston-ungkapkan-penyebab-perpisahan dengan-brad-pitt-nmaxvzp.html
  • Hand out Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
    ( BAB 10. DAYA TARIK INTERPERSONAL.pdf )
  • Aronson, E., Wilson. T.D., & Akert, R.M. (2007). Social Psychology (6th edition). Singapore: Pearson Prentice Hall.
  • Lubis, Yati Utoyo (2002, April). Aspek psikologis dari poligami: Telaah kasuistik.
    Makalah seminar.
  • PsikologiPerkawinan-Liche.pdf


Minggu, 09 Juni 2013

Mental Health

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 3


Cinta dan Perkawinan

Deskripsi Cinta & Perkawinan

Setiap individu di seluruh dunia pasti pernah merasakan cinta, dan ingin mempunyai partner sebagai pendamping hidupnya yang menemani dikeseharian. Melalui step by step atau tahap pertahap cinta dapat hadir, sampai akhirnya membawa pada hal yang manis yaitu perkawinan (marriage). Cinta itu berbagai macam, mulai dari cinta universal, cinta romantic, dan cinta yang bersifat cinta kasih kepada sesama. Cinta dan perkawinan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena perkawinan akan kuat ketika dilandasi oleh cinta (dalam Lubis, 2002). untuk merasakan dan memahami semua itu, kita juga perlu mengerti dan memahami seperti apa deskripsi cinta dan perkawinan tersebut, untuk itu disini saya akan membahasnya.
Deskripsi Cinta memang beragam begitu pula dengan perkawinan, disini saya akan menuliskan beberapa deskripsinya. 

Deskripsi cinta :

  1. Hartfield mendeskripsikan cinta secara umum dengan membedakan antara companionate love dan passionate love (Hartfield, 1988; Hardfield & Rapson, 1993; Hardfild & Walster, 1978). 
  • Companionate love adalah keintiman dan afeksi yang dirasakan seseorang ketika ia sangat peduli terhadap seseorang yang lain, tetapi tidak mengalami gairah atau bangkitan fisiologis (arousal) saat kehadiran orang lain tsb.
  • Passionate love adalah kerinduan yang sangat kuat yang dirasakan seseorang, disertai arousal; bila cinta itu berbalas maka ada rasa kepenuhan yang sangat besar, tetapi bila tak berbalas maka terjadi rasa sedih dan putus asa.

    2. Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi.   Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menurut perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Deskripsi Perkawinan :

  • Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pibadi yang membentukhubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
  • Secara hukum, dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1/1974, bab I, pasal 1 bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.


Bagaimana memilih pasangan

Banyak sekali kriteria dalam memilih pasangan mulai dari harus baik, cocok dan lain sebagainya. Berikut ini merupakan cara memilih pasangan berdasarkan tiga kriteria dasarnya yaitu :

  • COCOK JADI ANAK DARI ORANG TUA KITA
  • COCOK JADI AYAH / IBU DARI ANAK-ANAK KITA KELAK
  • COCOK JADI SUAMI / ISTRI KITA
Dan berikut ini mari kita lihat penjelasannya..

  • Cocok Jadi Anak Dari Orang Tua Kita
orang tua ditempatkan di kriteria pertama, karena pada umumnya pasti masing-masing dari kita menginginkan agar pasangan kita dapat cocok dan akur dengan kedua orang tua kita. bisa masuk kedalam keluarga pasangan.

  • Cocok Jadi Ayah / Ibu Dari Anak-anak Kita Kelak
Dan ini adalah kriteria kedua yang saya letakkan. Orang tua harus perhatian kepada anak entah itu masalah pendidikannya (baik pendidikan agama ataupun formal), kesehatannya, keperluannya, dan lain-lain. karena itu adalah dasar yang menjadi pedoman untuk pembentukan pribadi anak dan konsep diri yang baik.

  • Cocok Jadi Suami / Istri kita
Ini adalah kriteria yang terakhir. Kriteria ini ditempatkan dari dua terakhir karena kriteria ini relatif lebih mudah dibanding kedua kriteria diatas. lebih mudah ditemukan sesuai dengan pribadi masing-masing individunya dalam mencari pasangan.



Seluk-beluk hubungan dalam perkawinan


Simak dulu pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.

Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.

Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.

Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.

Tahap keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.

Tahap kelima : Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.

Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.
Ketika pasangan (suami/istri) kedapatan beberapa kali bersikap kurang baik, anggap lah ini sebuah ladang amal sabar. Ketika keadaannya seperti itu tadi, yang menjadi tantangan untuk Anda lakukan adalah menunjukan sikap yang lebih baik dari dia, agar Anda menjadi contoh kebaikan untuknya, karena tidak selesai hanya berharap saja dia harus lebih baik dari Anda, tetapi kita harus melakukan sesuatu untuk menjadi jalan perubahan untuknya. Karena bisa jadi begini, sekarang memang pasangan Anda belum baik, tapi yakin lah bahwa suatu saat dia akan lebih baik dari Anda, kontribusi motivasi dari Anda diperlukan juga untuknya.

Terjadinya sebuah Ikatan tali pernikahan, tidak berarti semuanya menjadi serba cocok, serba lancar dan jauh dari Masalah. Tidaklah begitu adanya, ada baiknya kita perlu berfikir begini: "dia bukan aku dan aku bukan dia, aku adalah aku begitu pun dia! tapi aku adalah bagian dari dia dan dia bagian dari aku. Karena aku Mencintainya, jadi aku harus bisa memakluminya dan berusaha untuk terus bersikap baik, lebih baik darinya hingga sikapku bisa menjadi contoh kebaikan untuknya."



penyesuaian dan Pertumbuhan dalam perkawinan


Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak dikukur dari ketergantungan pasangan. perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. dan perubahan dalam perkawinan sering kali tidak sederhana. Perubahan dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antar keluarga dua pihak. Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. dalam kondisi perkawinan seperti itu, tentu saja sulit mendapatkan keharmonisan dalam keluarga. pada dasarnya diperlukan sebuah penyesuaian dalam perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya berharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dari sebuah hubungan, bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya tak semua pasangan dapat mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.


Perceraian & pernikahan kembali

Dalam pernikahan biasanya selalu ada rintangan yang berupa masalah, banyak hal yang dapat menyebabkan masalah terjadi dan bukan tidak mungkin jika akhirnya berujung pada keputusan yang pahit yaitu perceraian. Ada yang memutuskan tetap menjadi single parent setelah bercerai dan ada yang memutuskan untuk menikah kembali, berharap dengan orang yang baru dapat membangun rumah tangga dan keluarga yang lebih baik. namun pada kenyataannya, kebanyakan orang menikah kembali setelah bercerai juga merupakan keputusan yang membingungkan untuk diambil karena umumnya orang akan menghindari untuk jatuh kedua kalinya pada kesalahan yang sama pada perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya tidak percaya diri dalam memimpin pernikahan karena dihantui oleh kegagalan masa lalu yang menjadi keragu-raguan untuk mengambil keputusan. apa yang mempengaruhi peluang menikah kembali setelah bercerai? jawabannya adalah ada banyak faktor. mulai dari kebutuhan personal untuk mempunyai pendamping hidup, status sosial, ekonomi, pendidikan, materi dan lain sebagainya.

Sebagai manusia kita memang memiliki daya tarik dan ketertarikan yang tinggi akan sesuatu yang baru, namun seiring waktu hal itu akan menghilang dan sifatnya akan mengikis karena daya tarik tersebut umumnya tergantung pada periode, jadi daya tarik itu pada akhirnya dapat berubah jadi hal yang biasa yang dapat mengakibatkan kejenuhan pada pernikahan, hal itulah yang dapat menjadi bibit perusak pada pernikahan.
Esensi dari pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan adalah lebih penting untuk diusahakan bersama.


Artikel :


Kasus perceraian Brad pitt dan Jennifer Aniston.

Selama berbulan-bulan, Jennifer Aniston dan Brad Pitt selalu tetap tutup mulut tentang penyebab perceraian mereka, membiarkan media berspekulasi sendiri. Tetapi sekarang, saat detail perceraian dalam proses penyelesaian, Jennifer mengungkapkan ungeg-unegnya tentang penyebab perpisahan mereka. Mantan bintang FRIENDS ini mengaku bahwa perkawinan yang bagai kisah dongeng dengan Brad membuatnya merasa tak aman. Bintang berusia 36 tahun ini mengatakan: "Perkawinan membawa berbagai macam hal yang saya dorong jadi api ketakutan, kecurigaan, ragu-ragu, dan kegelisahan."

"Brad adalah orang yang paling baik yang pernah saya kenal dan yang paling manis di planet ini.Dia menolong anda dengan kursi anda saat di restoran dan membuka pintu mobil untuk anda. Dia seorang gentleman dan menenerima saya dengan seluruh omong kosong dan gangguan fungsi saya dan kegelisahan serta segala kegoyahan .Tetapi dia mengatakan dia selalu merasa rendah diri dari bintang TROY ini dan hal ini membuat hubungan mereka berubah jadi "kasar dan buruk". Meskipun ada gosip yang mangatakan bahwa dia lebih mementingkan karirnya dari pada memulai membentuk keluarga dengan Brad, Jennifer mengatakan betapa dia merindukan memiliki anak, mengatakan: "Seorang bayi begitu ajaib yang saya ingin miliki setidaknya satu untuk diri saya sendiri." Brad sendiri baru-baru ini mengatakan bahwa cintanya tidak pernah cukup bagi Jennifer. Dia dikutip mengatakan: "Ini berubah jadi mimpi buruk. Sewaktu sesuatu yang begitu bagus berubah jadi begitu buruk, sangat ganjil. Jennifer menolak untuk menyelesaikan masalahnya dan dia mempunyai ketidaksanggupan untuk membiarkannya berlalu, selalu mengenang yang baik. Saya bukanlah orang yang jahat."


Pembahasan :

seperti yang telah dibahas diatas banyak faktor yang berujung pada retaknya hubungan perkawinan dan berujung pada perceraian, seperti kasus jennifer dan pitt yang menjadi gambaran bagi kita semua bahwa pernikahan tidak selalu seperti dongeng pada film cinderlella dimana semuanya berakhir happy ending, pernikahan tersebut sejatinya merupakan penyatuan dari dua orang yang berbeda latar belakang dan prinsip, visi misi mereka dan segala sifatnya hal ini harus dapat diterima satu sama lain dan harus bisa saling pengertian untuk menjaga pernikahannya tetap utuh.





Daftar pustaka :


  • Hand out Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini
           ( BAB 10. DAYA TARIK INTERPERSONAL.pdf ) 
  • Aronson, E., Wilson. T.D., & Akert, R.M. (2007). Social Psychology (6th edition). Singapore: Pearson Prentice Hall.
  • Lubis, Yati Utoyo (2002, April). Aspek psikologis dari poligami: Telaah kasuistik.
          Makalah seminar.
  • PsikologiPerkawinan-Liche.pdf




Oen Shiuli 

2PA01

15511427